Selasa, 08 Februari 2011

Tentang harga yang tak pernah berupa uang “HARGA DIRI”

Tentang harga yang tak pernah berupa uang “HARGA DIRI”

Harga diriku telah dirampas!. Teriakan hati seorang perempuan, ketika dia sudah hilang keperawanan (ntah bagaimanapun caranya). Keperawanan yang notabene menjadi harga mati bagi seorang perempuan. Ketika dia sudah menikah, tak berarti lagi harga diri yang berupa “keperawanan” itu. Dan sebelum dia menikah, keperawanan itu harus tetap dijaga. Egois sekali memang, ketika, kebanyakan laki-laki, menuntut keperawanan pada saat malam pertama. Ya kenikmatan, itulah yang mereka cari. Kenikmatan yang akan berakhir setelah setetes darah keluar dari benda yang namanya “harga diri”. Lalu aku bertanya, “harga diri” laki-laki terletak pada apanya? Apakah sama dengan perempuan? Bukankah sama saja? Bukankah itu akan hilang ketika melakukan kenikmatan yang namanya ber”onani” dengan jari-jari mereka yang lincah itu sebelum malam pertama?!!.

Perempuanku! Ntah siapapun kalian, kalian tetap mempesona dimataku, selama kau menjadi “Perempuan”.

Bukannya aku menuntut kalian tetap perjaka saat kau berada di atas ribuan mawar merah bersamaku nantinya. Tapi gunakan logika kalian. Logika yang selalu kau agung-agungkan. Lalu kemana harga diri kalian nantinya bermuara, wahai para Perempuanku dan para Lelakiku? Itu terserah kalian membuat dialektika atas kehidupan yang selalu dijunjung dengan “harga diri” ini. “Konsistensi berpikir dan bertindak”

"Change Your Mind"
With Love
Bata Motel

Cerita Besar di Balik Hujan Deras

Cerita Besar di Balik Hujan Deras
(Jember, 31 Januari 2011)

Teriknya matahari masih bisa menembus kereta bisnis perjalanan saya dari Sidoarjo menuju Jember. Sangat panas, penuh debu dan bau yang menyengat dari “bencana alam” Lumpur Lapindo. Sampai di Stasin Jember kira2 pukul 1 siang. Karena perut terasa memberontak, mampirlah saya di warung depan stasiun, mie kopyok dan es degan, menemani siang yang gerimis itu. Lalu hujan turun dengan derasnya, karena hujannya “menyiprati saya”, saya pindah didepan seorang lelaki paruh baya.

Lelaki paruh baya itu, sekitar 40 tahunan. Lelaki yang tak asing wajahnya didepan mataku. Ya, dia penjual Es Doger di Jl. Bangka V. bertegur sapalah saya dengan lelaki ini ditemani hujan yang sangat deras. Nampaknya, kami berdua ini, sama2 kelaparan, sehingga tak ada satu katapun yang keluar ketika kami menyantap 1 mangkok mie kopyok.

Makananpun habis, dan hujan masih sangat deras. Inilah sedikit banyak pembicaraan yang masih saya ingat :
Lepaya (lelaki paruh baya) : dari mana mbak? Hujan2 begini.
Saya : dari sidoarjo pak, dari ruman saudara.
Lepaya : ooo. Naik mutiara timur ya mbak? Bawa jas hujan gak mbak? Musim hujan begini, gak boleh ketinggalan jas hujan mbak, sering hujan dadakan.
Saya : iya pak, naik mutiara timur. Selalu bawa pak, itu ada di jok motor. Bapak dari mana?
Lepaya : saya habis mengantar anak dan istri saya mbak (dengan ditemani sebuah payung). Kuliah dimana mbak? Kok saya sering keliatan mbaknya di Bangka
Saya : iya pak. Kuliah di Unej pak, iyalah pak, saya kan kos di bangka,
Lepaya : oalah, kos di bangka mana mbak? Ambil jurusan apa mbak kuliahnya? Sudah semester berapa?
Saya : di bangka raya 18, yang ada laundrynya itu pak. Jurusan sastra inggris pak, hehhehe, semester akhir pak, lagi ngerjain skripsi sekarang (sambil tersipu malu)
Lepaya : enak ya mbak kalau di sastra inggris, bisa kerja di bidang apa saja, peluang kerja terbuka lebar, TOEFLnya berapa mbak?
Saya : (tercengang!!! kok penjual es doger tau tentang TOEFL ya????). iya pak, katanya sih begitu pak, peluang kerja sangat luas. Mmm, bapak asli Bandung ya? Sudah berapa lama tinggal di jember pak?
Lepaya : iya, asli Bandung. Sudah di jember mulai tahun 2003, trus saya balik lagi ke Bandung. Saya dapat orang jember mbak, tahun 2008 saya menikah, dan sekarang sudah punya 2 anak.
Saya : oalah, lumayan lama juga ya pak di Jember. Rame trus ya pak es dogernya. Sudah berapa lama jualan?
Lepaya : lumayan lama mbak, sampai saya kecantol sama orang jember ( si bapak tertawa lepas). Alhamdulillah mbak, tapi ya namanya orang jualan, kadang ada sepinya juga mbak, apalagi kayak sekarang ini, musim hujan trus. Sudah 2 tahun mbak jualannya.
Saya : (ketawa kecil mmengikuti si bapak ketawa). Sehari omsetnya berapa sih pak kalo jualan es doger?
Lepaya : kalo omset sehari antara 600 ribu- 700 ribu mbak. Kalo bersihnya sekitar 300 ribuan lah mbak sehari.
Saya : lumayan juga ya pak.
Lepaya : Iya mbak. (inilah Cerita Besar di Balik Hujan Deras saatnya dimulai). Dulu mbak, sebelum saya jualan Es Doger, saya kerja diperusahaan Jepang kurang lebih hampir 7 tahun. Berat mbak kalo kerja sama orang jepang, 75% dari tenaga kita itu untuk mereka. Kita diperas secara otak dan tenaga. Tapi, mereka menghargai hasil jerih payah kita mbak, dengan memberikan upah, yang saya kira sepadan dengan pekerjaan kita. Kalo lembur di hari minggu, upah kita 2 juta mbak, pada waktu itu lho ya mbak. Dulu, gaji saya antara 4-5 juta (ampun pak, banyak amattttt!!!!!!!!!!!). itu beda kalo kita lembur. Kalo lembur di atas jam kerja, upahnya 500 ribu.
Saya : jadi sikap menjajahnya orang jepang, belum hilang ya pak sampai sekarang? Diperas secara otak dan tenaga, totalitas dan kepercayaan mungkin ya pak? Wah, besar juga ya pak bayarannya. Enak gak enaknya apa sih pak sistem orang jepang itu? (saya masih terkesima dengan kisah selanjutnya)
Lepaya : iya bener mbak. Totalitas dan kepercayaan. Kalo sudah cocok, akan dipakai selamanya. Pernah mbak, waktu itu, saya menemani si Japanese( baca: orang jepang) sampai pukul 3 pagi. Saya lupa mbak, kalau pagi harinya ada meeting sama semua anggota. Saya kan dating telat tu mbak, namanya baru tidur jam 4. wah, sampai di ruang rapat, saya diomelin habis-habisan tu mbak sama si boss. Saya cuma diem aja. Pas rapat selesai, saya langsung ke ruangan beliau ini, dan saya ngobrol tentang kejadian tadi. Wah, jawabannya sangat diplomatis sekali mbak. Masa dia bilang “ saya minta maaf, saya menjaga wibawa saya sebagai seorang leader disini”. Dan sejak saat itu, saya selalu berpikir jelek sama si boss ini mbak. Boleh dibilang, saya ini termasuk salah satu pioneer perusahaan ini bisa dibilang “SUKSES”. Bukannya saya sombong mbak, dari seluruh propinsi di Indonesia, cuma Papua yang belum pernah saya datangi. Kalau sudah dinas luar, 2 – 3bulan mbak. Kalau bahasa jepang, saya bisa sedikit- mbak, yak arena mau gak mau, saya harus bahasa jepang itu. Relasinya banyak dari jepangnya mbak. Saya dulu kuliah di Sastra Inggris juga mbak, di salah satu Universitas swasta di Jakarta. (ooo..ternyata ini yang membuat saya tadi tercengang waktu si Bapak tau tentang TOEFL)

Hujan masih turun, tapi tidak sederas waktu cerita besar tadi.

Saya : kejam juga ya pak, si pak boss itu, menjatuhkan anak buah didepan anak buah lainnya demi menjaga nama baiknya. Wah, cuma Papua yang belum??? Keren ya pak, sudah bisa keliling Indonesia. Saya iri pak, cita2 saya itu keliling Indonesia, buka keliling dunia pak. Apalagi Indonesia bagian timur, eksotik sekali sepertinya pak. Kalo bisa mengunjungi tempat2 seperti itu, enaknya bisa tau adat disana ya pak, sekalian juga bisa beli benda buat kenang2an.
Lepaya : iya mbak. Saya cuma bertahan 7 tahun disana mbak, setelah itu saya mengundurkan diri mbak. Karena saya sudah menikah, dan saya gak bisa ambil resiko harus meninggalkan anak dan istri saya. Belum dinas luar kotanya atau bahkan sampai lemburnya, itu saya yang gak bisa mbak. Mending saya kehilangan pekerjaan saya, daripada saya harus mengorbankan anak dan istri saya. Iya kan mbak?. (sebuah pilihan yang sulit tentunya disaat pilihan itu benar2 sangat dibutuhkan, itu dibenak saya). Saya putar otak, akhirnya ya seperti sekarang ini mbak, jadi “bakul” es doger, walaupun penghasilannya dibawah gaji waktu saya kerja dulu, tapi tetap dekat dengan keluarga.
Oiya mbak, saya paling suka itu Ternate. Tempatnya bagus, tidak terlalu banyak penduduk, namun perekonomiannya cukup bagus. Mbaknya gak les bahasa jepang atau mandarin gitu ta mbak? Eman lho mbak. Kalau di EF(English First), bisa magang keluar negeri mbak, ya walaupun cuma 3-4 bulan, tinggalnya di Homestay.
Saya : pengen sih pak, Cuma 8x pertemuan itu biayanya 800 ribu pak. Gak sanggup saya pak.
Lepaya : nanti aja kalau gitu mbak, kalau mbaknya sudah kerja, trus “nyambi” les bahasa jepang/mandarin. Mbak saya pamit duluan ya, hujannya mulai sedikit reda. Maen2 kerumah mbak, rumah saya di Jl. Srikoyo.
Saya : insyaallah pak, snanti saya akan coba buat les bahasa2 itu. Iya [ak, silahkan. Makasih ya pak, buat cerita singkatnya.
Lepaya : iya mbak sama2. ilmu kan gak selalu di bangku sekolah, bisa juga ditempat seperti ini. Hati2 ya mbak kalau nanti mau pulang.
Saya : iya pak. Sekali lagi makasih. Bapaknya hati2 juga ya pak.

Jujur, saya itu benar tertegun kaget, tercengang sampai “ngah-ngoh” mendengar cerita besar itu samapai2, saya bingung sendiri menanggapi obrolan yang saya lakukan itu..Damn, so amazing!!. Dan saya rasa, saya adalah orang yang paling beruntung diantara pelanggan es doger milik bapak itu. Karena, paling tidak, sedikit banyak saya tau tentang kisah si Bapak yang berani ambil resiko ini.

Salut!!!.. Tak banyak yang seperti beliau. Konsistensi berpikir dan bertindak!!!


“Change your mind”
With Love
Bata Motel